Ingin Merantau ke Selandia Baru, Bagaimana Caranya? Simak Kisah Andy Saputra. Selandia Baru adalah negara kepulauan yang berada di kawasan Pasifik. Selandia Baru berbatasan langsung dengan Australia dan Samudera Pasifik. Ibu kota Selandia Baru adalah Wellington.

Selandia Baru berada di Zona GMT +12. Waktu di Wellington adalah 5 jam lebih cepat dari Jakarta (WIB) pada bulan April-September dan 6 jam lebih cepat pada bulan Oktober-Maret.

Cerita para perantauan Indonesia di negeri tetangga memang selalu menarik untuk disimak. Salah satunya cerita Andy Judah Saputra, warga negara Indonesia asal Solo yang memutuskan untuk menetap di Selandia Baru.

Ingin Merantau ke Selandia Baru, Bagaimana Caranya? Simak Kisah Andy Saputra

Andy yang sejak di Solo, Jawa Tengah, sudah akrab dengan dunia YouTuber, sengaja memilih kehidupan di Selandia Baru yang menurutnya sangat indah. “Selandia Baru merupakan negara yang sangat indah. Work-life balance di sini sangat bagus. Bahkan, di sini sangat aman untuk tumbuh kembang anak,” terang Andy menjelaskannya.

Jika kita tertarik kerja di Selandia Baru, menurut Andy, ada keuntungan yang bisa bikin iri warga negara lain. Selain udara yang sangat bersih, warga Selandia Baru cukup ramah dan suka menolong.

Kesehatan

“Istimewanya lagi di Selandia Baru, hampir semua perawatan kesehatan gratis. Mulai dari urusan melahirkan anak, obat-obatan, hingga klaim resep obat gratis di area-area tertentu. Bahkan sekolah di Selandia Baru juga gratis. Bagi warganya yang ingin lanjut kuliah bisa mengambil studylink, yaitu pinjaman biaya kuliah tanpa bunga dari pemerintah Selandia Baru untuk pelajar,” kata Andy.

Baca :  6 Beasiswa S2 di Selandia Baru (New Zealand) yang Bisa Bantu Raih Mimpimu!

Visa Sekolah

Dengan Dependent Child Student Visa, anak usia sekolah dapat menempuh pendidikan di sekolah dasar atau sekolah menengah seperti college (gabungan SMP-SMA). Anak-anak tanggungan dari pemegang visa kerja tertentu dan pemegang visa belajar dapat mengajukan permohonan visa pelajar untuk anak-anak tanggungan agar mereka dapat pergi ke sekolah sementara orang tua mereka bekerja atau belajar di Selandia Baru.

Anak-anak perantauan ini dapat diperlakukan sebagai siswa lokal, yang berarti mereka tidak perlu membayar uang sekolah untuk pergi ke sekolah dasar atau menengah.

Sosial

Sejauh mata memandang, tidak ada kesenjangan sosial di Selandia Baru. Bahkan peluang kerja di Selandia Baru juga sangat terbuka untuk siapa saja.

Beberapa hal yang memudahkan Andy hidup di Selandia Baru di antaranya sistem pengukuran volume, jarak, yang menggunakan liter dan kilometer. Selain itu, rata-rata kendaraan di Selandia Baru menggunakan stir kanan seperti di Indonesia.

“Kalau tantangannya salah satunya kita benar-benar harus hidup mandiri mulai dari mengurus anak tanpa bantuan babysitter, antar jemput anak ketika sekolah, hingga membersihkan rumah,” ujar Andy.

Pajak

Pajak penghasilan di Selandia Baru termasuk tinggi, karena menggunakan sistem progresif hingga 39%. Pajak progresif adalah tarif pungutan pajak dengan persentase yang didasarkan pada jumlah atau kuantitas objek pajak dan berdasarkan harga atau nilai objek pajak.

Baca :  Suka Duka Merantau ke New Zealand, Kisah Inspiratif Andy Saputra

Dengan banyaknya aspek positif yang Andy rasakan selama tinggal dan kerja di Selandia Baru. Andy memutuskan untuk membagikan konten video di YouTube-nya dengan nama channel Andy Saputra.

“Karena kami rindu membagikan pengalaman selama tinggal dan kerja di Selandia Baru kepada orang-orang di Indonesia. Kami terpanggil untuk menolong mereka yang ingin merantau, entah studi atau kerja di Selandia Baru. Tujuannya agar mereka dapat mewujudkan impiannya dengan segera,” kata Andy menambahkan ceritanya.

Konten Youtube

Ketika Andy membuat konten di YouTube, ia sering mendapatkan inspirasi dari teman dan keluarganya. Terutama, ketika mereka bertanya tentang bagaimana gambaran kehidupan di Selandia Baru.

Andy juga menjelaskan, bagaimana modal awal ia membuat konten. “Modal awalnya, sih iseng-iseng aja. Waktu itu, saya baru punya satu anak. Lalu, saya coba untuk merekam aktivitas kesehariannya. Mengedit videonya pun, saya cuma pake aplikasi i Movie. Eh, tahunya malah banyak peminatnya dan penonton tahu jika kami tinggal di Selandia Baru. Nah, dari sinilah beberapa subscriber bertanya ke saya tentang bagaimana gambaran kehidupan di Selandia Baru.”

Setiap proses pembuatan konten video, pasti ada tantangannya. Itu pula yang Andy alami selama membuat konten, “Karena kami di sini sendirian dan tidak ada yang membantu untuk membuat konten video. Akhirnya, ya, waktu kami terkuras banyak untuk proses editing video. Satu video saja, kami bisa menghabiskan waktu empat sampai lima jam.”

Baca :  Jenis Beasiswa S2 yang Wajib Kamu Ketahui, Ada New Zealand Scholarships

Setelah konsisten membuat konten, Andy merasakan kontennya membawa dampak positif bagi orang lain. Andy bercerita kalau ada salah satu subscriber di kanal YouTubenya akhirnya berangkat ke Selandia Baru untuk bekerja dan bertemu dengan Andy. “Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk membuat konten secara konsisten setiap weekend,” kata Andy.

Ingin Merantau ke Selandia Baru, Bagaimana Caranya? Simak Kisah Andy Saputra

Selain aktif berbagi konten di YouTube, Andy juga berbagi konten—aktivitas keseharian—di media sosial lain, seperti Instagram dengan nama akun @andyjsap, @thirzasap, @jaydenlsap, @jensenjsap, dan @justin_sap. Sedangkan di TikTok, Andy menggunakan nama akun @andyjsap dan @thirzasap.